Rabu, 16 Agustus 2017

Teka-Teki Gadis Berambut Ikal

Aku terburu-buru untuk bertemu dengan teman-temanku, karena di hari itu aku bangun kesiangan. Dengan pakaian sekenanya, kupacu motorku untuk menjemput temanku, karena di hari itu kami ada pertemuan dengan teman-teman kami yang lain di salah satu mall di bilangan Bekasi pukul 12.00 WIB.

Akhirnya akupun tiba, dengan tergesah-gesah aku dan Oca menuju salah satu tempat makan di sana. 5 menit lagi acara akan segera dimulai, lega rasanya karena kami berdua tidak terlambat. Pertemuan ini cukup penting, karena dalam beberapa bulan terakhir kami sudah mempersiapkan sebuah acara dan pertemuan kali ini diadakan untuk membahas perkembangan acara tersebut. "Untung gk terlambat Wil, kalo gak si Tina bisa ngomel-ngomel" kata Oca sambil tertawa, "Iya, hampir aja. Btw coba deh lo liat, ada beberapa orang yang asing" sautku, "Hhhmm, di beberapa pertemuan kemarin mereka gak bisa hadir kali, jadinya lo asing sama mereka" Oca menjawab.

Tepat pukul 12.00 WIB pertemuan kamipun dimulai, pembahasan dimulai dari teman-teman seksi acara. Kebetulan aku masuk ke dalam seksi perlengkapan, sehingga giliranku presentasi paling terakhir. Sekitar pukul 14.00 WIB tibalah giliranku untuk maju untuk menjelaskan perkembangan yang telah dilakukan oleh seksi keamanan, kebiasaan burukku muncul, karena cukup banyak teman-teman yang aku belum pernah lihat sebelumnya aku jadi gerogi dan akhirnya ketika aku maju ke depan, bicaraku tidak lancar dan sedikit terbatah-batah.

Dari pertemuan ini, ada seorang perempuan yang menarik perhatianku, namun aku tidak berani untuk mendekatinya. Dari seorang teman akhirnya aku tahu kalau dia bernama Lia, dan dia langsung memberikanku nomor hp Lia, "langsung hubungi aja" ujar temanku Sella. Namun tidak juga kuhubungi, karena khawatir Lia merasa risih dengan cara berkenalan seperti itu.

Tak terasa tibalah hari yang dinanti, acara kamipun dimulai. Karena Lia menjadi seksi konsumsi di acara ini, aku sering bertemu dengannya ketika makan siang dan malam. Aku sangat menikmati pertemuan kami yang hanya dalam diam itu.

Tak terasa kami sudah sampai pada hari ke-3 dan ini adalah hari terakhir dari rangkaian acara yang sudah kami buat. sebelum acara selesai di hari itu, aku memberanikan diri untuk mengajaknya berkenalan dan bertukar nomor hp, pikirku kalau di hari itu aku tidak memberanikan diri juga untuk berkenalan, maka lewat sudah kesempatanku. Tak kusangka respon Lia saat itu sangat baik dan dari perkenalan inipun kami mulai sering sekedar chatting dan bertemu.

Ketika aku mendekatinya, aku berharap dapat menjalin hubungan yang baik, karena usiaku saat ini sudah genap 25 tahun. "Terburu-buru adalah sifat setan", mungkin kutipan ini benar, dulu aku pernah menjalin hubungan dengan seorang perempuan dan dalam waktu singkat kami berpacaran, pada akhirnya semua berakhir tidak baik, karena belum saling mengenal satu sama lain dengan cukup baik. Karena itu aku berharap hubunganku ini nantinya tidak akan seperti itu, proses pengenalan memang sangat penting.

Hari itu, aku mengajak Lia untuk pergi menonton film dan sekedar untuk menghabiskan waktu bersama. Film yang kami tonton adalah "Mars Met Venus" Part Cewe. Film ini cukup lucu, "Cewe tuh kaya begitu, kalo lg deket sama cowo atau ada masalah pasti cerita dan nanya pendapat sama sahabat-sahabatnya dan sahabat-sahabatnya juga harus kenal sama cowonya" ungkap Lia karena dia'pun seperti itu, aku tersenyum, "Terus aku harus ketemu sahabat-sahabat kamu juga donk ya?", Lia menjawab "Iya donk, tapi mungkin setelah beberapa Minggu kita kenal". Memang kami baru banget kenal saat itu.

Hari demi haripun berlalu, sedikit demi sedikit aku mulai mengenal Lia seperti apa dan begitupun sebaliknya. Beberapa kali kami'pun ketemu lagi untuk sekedar melepas rasa kangen, namun tak disangka di pertemuan terakhir kami, kami bertengkar dan selama beberapa hari hubungan kami kurang baik. Kucoba menghubunginya, namun respon Lia sekedarnya saja dan aku tahu bahwa dia sedang marah, walaupun dia mengatakan dia baik-baik saja. Akhirnya diapun mengatakan apa yang dia rasakan, "rasanya seperti di tampar, waktu kamu bilang jangan paksain untuk luangin waktu aku untuk kamu, kamu tahu seperti apa kegiatan aku yang cukup padet. Kalo aku ada waktu untuk istirahat, aku lebih memilih nonton film atau baca buku. Karena itu dari kemarin aku gak hubungin kamu". Padahal maksudku bicara seperti itu, aku hanya tidak mau dia kelelahan karena bertemu denganku.

Dan akhirnya dia mengatakan, "aku gak sepaham dengan kamu untuk banyak hal dan aku gak nyaman dengan keadaan seperti itu". Kala itu aku masih mencoba untuk memperbaiki segalanya, namun ternyata kedekatan itu harus disudahi. Aku menghargai keputusannya, aku tak mau ada paksaan di hubungan kami ini dan akhirnya semenjak saat itu kami tidak saling berhubungan lagi. Waktu yang cukup singkat untuk mencoba memahami seseorang.